Simple Life of Mine: 2011

Tuesday, November 15, 2011

SEGALA SESUATU MUNGKIN

Ditengah kebimbangan mengenai mimpi-mimpi yang seakan-akan jauh dari jangkauanku, aku kembali diingatkan betapa aku dapat meraih mimpi itu dengan Tuhan sebagai nahkoda kapalnya. Semoga renungan ini juga bisa menginspirasi kita semua.

=======================================

SEGALA SESUATU MUNGKIN
Bacaan : Markus 9:14-29
Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"- Markus 9:23
 
Hendricks dan Ludeman dalam bukunya Corporate Mystic mengisahkan mengenai teman mereka yaitu seorang wanita yang ingin mengubah nasibnya dengan belajar menjadi dokter pada usianya yang sudah senja, yaitu 44 tahun. Semua orang disekitar wanita tersebut mengatakan bahwa ia tidak akan mungkin diterima oleh Universitas manapun juga mengingat usianya yang sudah hampir setengah abad. Namun, wanita tersebut tidak kecil hati karena ia yakin bahwa keinginannya tersebut mungkin terealisasi. Lalu ia mendaftar di beberapa Universitas di Amerika Serikat. Semuanya menolak. Sang wanita tidak putus asa, ia akhirnya mendaftar di sebuah Universitas di Belanda, dan ternyata Universitas tersebut menerimanya dengan senang hati.
Tiga bulan sebelum kuliah, wanita Amerika itu belajar bahasa Belanda dari nol. Karena tekadnya sangat kuat, dalam tiga bulan ia berhasil menguasai bahasa Belanda yang cukup untuk komunikasi. Dengan tekad yang kuat, ia juga berhasil mewujudkan cita-citanya menjadi dokter yang handal, tentu saja penghasilan dan kehidupannya juga berubah menjadi lebih baik dari waktu sebelumnya.

Usia tua tidak seharusnya menjadi penghalang bagi kita untuk mewujudkan impian dan kehidupan yang lebih baik. Tidak ada istilah terlambat untuk mewujudkan impian. Meski demikian bukan berarti kita boleh berlambat-lambat untuk mulai merealisasikan cita-cita kita tersebut. Mulailah untuk menggumulkan, memikirkan, merancang, mempersiapkan, dan melakukan saat itu juga. Jika kita memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkannya, percayalah bahwa tidak ada sesuatu yang bisa menghalangi kita dalam mewujudkan impian kita tersebut. Jangan biarkan tantangan, hambatan, masalah, bahkan keterbatasan-keterbatasan di dalam diri kita untuk menghalangi kita meraih impian. Berjalanlah dalam kehendak Tuhan, andalkan Tuhan dan biarkan Tuhan menolong kita untuk mewujudkan impian kita. Tidak ada sesuatu yang terlalu sulit bagi Tuhan, demikian juga tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.

Bagi orang percaya, segala sesuatu adalah mungkin.

Monday, November 14, 2011

PENGELOLAAN FINANSIAL AGAR GAJI BULANAN TIDAK JEBOL

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perlu cara yang bijak untuk mengelola finansial agar gaji yang Anda peroleh tiap bulan tidak jebol alias habis sebelum waktunya.

Prita Hapsari Ghozie, MCom, CFP, Chief Financial Planner dari ZAP Finance, mengungkapkan beberapa hal yang perlu diketahui untuk mengelola keuangan.

1. Dibagi per pos
Nah, selama ini, bagaimana Anda mengatur alokasi pos pengeluaran? Tugas pertama Anda adalah mencatat paling tidak tiga bulan ke belakang untuk apa saja penghasilan yang diperoleh setiap bulan itu terpakai. Gunanya, agar Anda bisa mengetahui kemampuan, dan juga mengetahui pos-pos mana yang bocor.
Secara umum, pengeluaran rumah tangga dapat dikategorikan menjadi pos pengeluaran hidup rutin, pos pengeluaran tabungan dan investasi, pos cicilan utang, dan pos pengeluaran gaya hidup. Karyawan baru pada umumnya banyak punya kemauan tetapi sadar kemampuan finansial ada batasnya, maka jalan satu-satunya adalah membuat anggaran atau rencana pengeluaran.
“Jadi, harus ditentukan, berapa uang yang dikeluarkan untuk masing-masing pos,” ucap Prita.

2. Jangan dilanggar
Bagaimana jika pos sehari-hari selalu besar pasak daripada tiang?
Tentu tidak boleh mengambil dari pos lain, tabungan misalnya. Tujuan membuat anggaran itu adalah supaya pengeluaran terarah dan sesuai dengan rencana finansial kita. Kunci anggaran yang sukses adalah realistis dan disiplin. Salah satu caranya adalah membuat rekening-rekening terpisah untuk urusan belanja bulanan, bayar tagihan utilitas, rekening investasi, dan rekening khusus seperti “My shopping account ” atau “Spa for me”.

3. Debit otomatis
Karyawan juga harus punya instruksi debit otomatis ke masing-masing rekening. Namun, bisa juga, setiap tanggal gajian langsung sebarkan dananya menurut anggaran ke rekening-rekening tersebut. Jika tidak terbiasa dengan transaksi elektronik, gunakan metode amplop. Isilah amplop sesuai dengan anggaran bulan itu. Kalau sudah mulai tipis, padahal belum akhir bulan, ya terpaksa harus berhemat.
Karyawan baru yang belum punya tanggungan, harusnya juga bisa menyisihkan minimal 20 persen dari gaji bulanan untuk investasi. Investasi yang disarankan tentu saja yang memberikan potensi keuntungan terbesar seperti reksadana saham atau saham, karena tujuannya untuk jangka panjang.

4. Buat prioritas
Bagaimana bila ternyata pemasukan tidak sebesar rencana pengeluaran? Prita manawarkan langkah membuat prioritas dengan menggunakan metode ZAPFIN. Konsep ini merupakan cara yang sangat mudah untuk membuat prioritas dalam anggaran. Setiap pendapatan yang diterima, sebaiknya digunakan dengan pembagian Zakat, Assurance, Present Consumption, Future Spending dan Investment.

Wednesday, September 28, 2011

Whatever You Think, Think The Opposite

Finally aku dapat buku ini juga walau hanya dalam versi e-book, hehehe..
Ya walau buku ini disajikan dalam bentuk bahasa inggris, namun bahasa serta gambar yang mendeskripsikan hal yang ingin disampaikannya. Hal inilah yang membuat buku ini beda dari buku self motivating lainnya :)

It's the wrong way to think, but the right way to win


Paul Arden mengajak kita untuk menjadi beda dan berpikir lain dari yang biasa dipikirkan oleh banyak orang.
Melalui buku ini, Paul Arden mengajak pembaca untuk memiliki pemikiran "out of the box" untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Beliau memberikan banyak ilustrasi bagaimana "think out of the box" itu membawa seseorang ke puncak yang selama ini mereka impikan dan bahkan lebih baik dari yang diimpikan sebelumnya. Arden Paul memotivasi pembaca menjadi sosok risk taker untuk mencapai tujuan yang diimpikan :)

Salah satu contoh yang ditampilkan Paul Arden ini adalah mengenai kisah olahraga lompat tinggi. Pada awalnya olahraga ini dikenal, atlet melakukan aksi lompat tingginya dengan badan yang menghadap palang. Namun berbeda halnya dengan Dick Fosbury, beliau mencoba melakukan hal yang tidak pernah dilakukan atlet lainnya. Apa yang dilakukannya?? Dia melakukan lompat tinggi dengan badan membelakangi palang. The result, lompatan yang dicapainya lebih tinggi dari yang biasa dilakukan jika badan menghadap palang. Hingga saat ini, cara yang dilakukan oleh Dick Fosbury banyak dipraktekkan oleh atlet lompat tinggi :)

Beberapa statement menarik yang bisa saya kutip dari buku ini diantaranya:
  • It's better to regret what you have done than what you haven't. Arden mengilustrasikan mengenai seorang anak yang mengeluhkan masalahnya kepada ayahnya. Satu hal yang menggelitik aku adalah si ayah menanyakan apakah masalah itu membunuh si anak. Jelas saja si anak mengatakan tidak dengan begitu lantangnya. Jawaban si ayah sangat singkat "Son, you don't have a problem". Artinya, kita lebih baik mencoba sesuatu karena kita tidak tahu apakah akan membawa keberhasilan atau kegagalan. Kegagalan tidak akan pernah membunuhmu, tapi akan membuatmu berpikir lebih kritis di lain waktu jika menghadapi hal yang sama.
  • Life is about decisions. Apapun keputusan yang kamu ambil, itu adalah satu-satunya hal yang dapat kamu lakukan. So what is there to regret? You are the person you choose to be. There is one person who can determine the shape of your life. YOU
  • How you present yourself is how others value you. Penghargaan yang diberikan orang lain kepadamu sesuai dengan penghargaan yang kamu berikan atas dirimu sendiri.
  • Had a goal. Kamu akan menjadi apa yang kamu inginkan sebelum kamu tahu apakah kamu dapat mewujudkannya. Hanya tujuan dan tekad kuat yang dapat mewujudkannya.
  • Turn Up. Fokus pada apa yang kamu inginkan walaupun kamu mendapat banyak penolakan dari banyak sisi. Lakukan semua yang terbaik di dalam dirimu untuk mencapai kualifikasi itu dan suatu saat kamu pasti akan mendapat hasil yang terbaik dari hal tersebut.

Friday, September 9, 2011

5 Cara Mendapatkan Pekerjaan dari LinkedIn

Saat ini, situs LinkedIn makin banyak digunakan para profesional untuk keperluan bisnis. Bila Anda mengira bahwa situs ini mirip Facebook namun lebih membosankan, berarti Anda salah. Situs networking profesional ini merupakan alat yang sangat ampuh untuk melebarkan sayap dalam dunia kerja dan menunjukkan kualifikasi Anda kepada lebih banyak orang tanpa harus kerepotan mengirim C.V.

Jerome Young, pendiri situs AttractJobsNow.com melihat masih banyak orang melihat situs ini sebagai tren akun jejaring sosial belaka. Anda bisa mencoba sendiri manfaatnya, ada lima cara untuk memaksimalkan akun LinkedIn yang telah dimiliki untuk mendapatkan pekerjaan baru, seperti dikutip dari Forbes.

1. Update Status Anda, Detik Ini Juga!
Jika orang tahu Anda sedang mencari pekerjaan, mereka akan dengan senang hati membantu. Ganti status LinkedIn Anda dan tambahkan hal positif di dalamnya. Contohnya, Anda menulis "Saya memulai pencarian pekerjaan hari ini. Waktu yang saya habiskan bekerja di … (perusahaan sebelumnya), telah menyiapkan saya menuju karir yang lebih baik. Saya tertarik mencari pekerjaan yang tersedia saat ini. Jika ada yang mengetahui informasi tentang perusahaan yang mencari …(profesi yang diinginkan) dengan …(keahlian yang Anda miliki), tolong infokan ke saya."

2. Cari Rekomendasi yang Relevan
Mantan manajer, supervisor, rekan kerja, klien, vendor, atau semua orang yang pernah bekerja dengan Anda bisa menjadi sumber informasi yang berharga dalam LinkedIn. Ketika perekrut melihat profil Anda, Mereka akan lebih tertarik dengan apa yang orang lain katakan mengenai diri Anda, jadi penuhilah profil Anda dengan komentar positif. Namun jangan sampai Anda meminta-minta orang untuk memberikan respon, Anda justru terlihat menyedihkan di mata mereka. Awalilah dari orang-orang terdekat dan biarkanlah feed komentar berkembang dengan sendirinya.

3. Cari Tahu Siapa yang Anda Kenal
LinkedIn bisa juga digunakan untuk mengetahui siapa saja orang yang Anda kenal dalam sebuah perusahaan tertentu. Ketik nama tertentu di boks 'Search', entah itu perusahaan, jabatan, atau seseorang yang berkaitan dengan teman LinkedIn yang sudah dimiliki. Dengan demikian, Anda sudah memiliki nilai tambah. Jika Anda memang sudah saling kenal namun belum akrab, Anda bisa mengobrol tentang informasi mengenai budaya kantor hingga bagaimana ia bisa sampai bekerja di perusahaan tersebut. Bagi perekrut, akan diutamakan mereka yang memiliki rantai pertemanan dengan seseorang yang sudah dikenal (mutual friend).

4. Memantau Keyword Pekerjaan yang Ditawarkan
Mengikuti daftar pekerjaan yang dibuka oleh para perekrut merupakan salah satu alasan mengapa orang memiliki akun LinkedIn dan menghabiskan waktu di dalamnya. Untuk memudahkan diri Anda dilihat oleh perekrut, pantaulah apa saja 'keyword' keahlian hingga profesi yang ada. Lihatlah keyword seperti apa yang digunakan untuk menjelaskan keahlian maupun profesi yang berkaitan dengan diri Anda. Jika Anda belum menambahkan detail keyword tersebut, segera menambahkannya.

5. Aktif & Senang Membantu
Selain mencari pekerjaan untuk diri sendiri, Anda juga membantu orang lain. Makin banyak Anda memberi, makin banyak pula yang Anda terima dari situs ini. Contohnya, jika Anda aktif memberikan informasi pekerjaan, maka orang lain melihat Anda memiliki banyak koneksi dan patut diperhitungkan. Jika Anda aktif memberikan tips karir, Anda akan selalu diingat sebagai orang yang mampu, berpengalaman dan berpengetahuan luas. Hal ini bahkan berpotensi menjadikan Anda sebagai sosok pemimpin yang layak untuk direkrut untuk posisi penting.

(http://www.wolipop.com/read/2011/09/07/131331/1717383/1133/5-cara-mendapatkan-pekerjaan-dari-linkedin?w992201835)

Monday, September 5, 2011

Ngantuk ditemani Sheila On 7

Hari pertama masuk setelah liburan lebaran benar-benar membosankan. Disamping masih capek karena kegiatan selama liburan, didukung oleh suasana kantor yang masih sepi karena banyak yang ambil cuti. Aslilah, siang ini benar-benar ngantuk banget, dan hanya satu hal yang terlintas yaitu Hard Rock FM.

Akhirnya tangan bergerak mengambil earphone, jalankan streaming radio hard rock, mulai menikmati alunan musik pilihan di radio tersebut. Dari sejumlah radio di kota ini, hard rock FM merupakan favoritku, selalin lagunya yang bagus dan baru, serta informasi yang diberikan juga selalu terupdate ^-^

Begitu streaming dimulai, Sheila On 7 langsung menemani rasa ngantukku siang ini. Dengar lagu JAP-nya, rasa ngantuk hilang dan digantikan dengan senyum *untung aja belum dikategorikan orang gila, haha*
Lagunya cukup ringan dan juga riang, jadi bisa sekalian membantu menghilangkan rasa ngantuk ini.
Akhirnya tangan mulai mencari-cari video lagu-lagu SO7 yang bagus *menurut aku ya :)

1. J.A.P


2. Hari Bersamanya


Uang

Hari pertama setelah libur lebaran yang panjang membuatku kehilangan semangat buat bekerja. Mungkin karena selama liburan kegiatanku terlalu banyak dan ga ada waktu buat istirahat total *manyun*

Usaha untuk meningkatkan semangat di pagi ini, aku memulainya dengan membaca renungan harian. Ternyata..oh..ternyata..renungan hari ini ini mengingatkanku akan kesusahan yang kualami bulan Agustus kemarin dalam hal pengumpulan uang kuliah untuk semester 2. Pemikiranku yang sempat kacau mengenai uang, pemikiran bahwa tanpa uang kita ga bisa hidup. Dengan kata lain, Uang itu tuan dalam kehidupan ini.
Tapi setelah baca renungan ini, aku disadarkan bahwa uang memang diperlukan untuk melakukan setiap aktivitas kehidupan. Namun, bukan berarti uang jadi tuan dalam hidup kita. Semoga renungan ini juga dapat menjadi inspirasi buat rekan-rekan yang membacanya ^-^

==========================================================

UANG
Maka keluarlah Gehazi dari depannya dengan kena kusta, putih seperti salju.- II Raja-raja 5:27

Uang merupakan benda yang paling fenomenal, sekaligus menjadi topik bahasan yang tidak ada habisnya. Wujudnya sederhana, hanya sebuah kertas, tapi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Uang bisa berbicara, uang bisa membalikkan fakta, dan uang bisa disalahgunakan untuk tujuan yang negatif. Sikap yang benar tentang uang adalah bagaimana kita bisa menguasai uang, namun kerapkali yang terjadi justru sebaliknya, manusialah yang justru dikuasai oleh uang.

Anthony Robbins, seorang motivator kelas dunia, penulis buku laris "Awakening The Giant dan Unlimited Power", adalah orang penting dalam pemerintahan Amerika Serikat. Dia pernah menjadi penasihat mantan presiden Amerika Serikat Bill Clinton. Berikut ini adalah pendapatnya soal uang, “Uang! Inilah salah satu hal yang paling emosional di dalam kehidupan. Sebagian besar orang rela mengorbankan hal-hal yang jauh lebih berharga untuk mendapatkan uang lebih banyak lagi, memaksakan diri melebih batasan, mengorbankan waktu dengan keluarga dan teman, atau bahkan menghancurkan kesehatannya sendiri.”

Pendapat Anthony Robbins ada benarnya, sebab tidak sedikit orang menjadi workaholic dengan uang sebagai tujuan utama. Untuk meraih tujuan tersebut, banyak orang mengabaikan segala termasuk mengabaikan Tuhan, keluarga, orang-orang terdekat, bahkan mengabaikan dirinya sendiri. Sehingga tidak jarang, mereka bisa mengumpulkan banyak uang, tetapi tidak sempat atau bahkan tidak dapat menikmati apa yang mereka kumpulkan dengan susah payah tersebut. Ironis, bukan?

Renungan pada hari ini mengajak kita untuk melihat uang dalam sudut pandang yang tepat. Bahwa uang tak lebih dari alat untuk membantu kita, bukan untuk menguasai. Bahwa uang adalah alat untuk memperluas kerajaan Allah di muka bumi, bukan untuk menjadi berhala yang akhirnya menghancurkan diri kita sendiri.
Uang bisa menjadi budak kita, atau sebaliknya, bisa menjadi tuan kita.

Dikutip dari: http://www.renungan-spirit.com

Saturday, August 27, 2011

Bandung Here I Come (Liburan Lebaran Part1)

 Finally setelah pergumulan yang agak lama dan mumet juga, aku mutusin untuk habisin liburan lebaran tahun ini di kota Bandung. Kebetulan sekali sepupu aku yang dari Tarutung sedang berlibur ke Jakarta dan berencana ke Bandung juga, hihi. Seperti pepatah "Pucuk dicinta, ulam pun tiba", akhirnya keinginanku untuk liburan di Paris Van Java itu terkabul juga. Ga terbayang dech gimana senangnya, karena keinginan ini udah lama banget pengen menginjakkan kaki di kota itu. Bayankan aja, aku udah punya keinginan itu sejak SMA dan baru kali ini terwujud. Dengan kata lain, aku menunggu 7 tahun baru bisa menginjakkan kaki di kota ini ^-^

Sebelum melakukan perjalanan ke Bandung, aku mengikuti training Oriflame terlebih dahulu. Training ini juga memberi banyak ilmu buatku, karena di training ini aku jadi diingatkan apa tujuan awalku dulunya pengen join di bisnis ini. Melalui training ini aku diberikan semangat baru lagi untuk mencapai impian pertamaku join dulu. Walau aku ga ikutin training ini hingga selesai, aku tetap bersyukur banget mereka mau undang aku hadir di training yang mengajarkan banyak hal juga tentang mimpi dan leadership buat kita ^-^

Selesai training, aku langsung cabut ke Blok M soalnya aku mau ngejar Damri ke Soetta. Kenapa ke Soetta? Jawabannya, tempat start kumpulnya semua personil yang mau liburan di Bandung itu ya Soetta. Jemput sepupuku yang datang dari Tarutung dulu, setelah itu langsung berangkat ke Bandung, hohoho. Kami tiba di Bandung udah malam, kira-kira pukul 19.15 WIB, tapi ga menyurutkan keinginan untuk langsung berkeliling di daerah sekitar tempat tinggal 'calon abang ipar' hahaha..

Penjelajahan dimulai di sepanjang kawasan Riau, tenangnya suasana di malam hari mengingatkan pada suasana di Baligeku *kangen pulang*.. Hasil yang diperoleh itu, menahan hasrat untuk beli topi dan tas yang harganya mahal banget booo... Topi aja kena 250rbuan belum tas yang mencapai 350ribuan. Diakui sich, kualitasnya bagus punya, hanya harga yang ga bersahabat dengan kondisi kantong yang miris *gigit jari*

Thursday, August 25, 2011

Application is sent

August, 25 2011.

Just in time I've sent application for an association (Just be a secret between me and God ^-^). I know, this is like a gambling for me, but I don't know the result if I never try it, rite? :)

Firstly, I was so confused trying but someone told me that, "Something will be a real thing if you try or it will be nothing".
So, I tried to prepared all documents needed. It was not a simple as I though before. I went to some place for taking documents as attachment of my application letter. Beside of that, I had to prepare a note of the reason why I sent that application. I knew it was an exhausted work and wasted my time, but I got so many experience of doing it.
While I did all documents, I met so many people with different characters and built my mind about people characteristic. At that time, I knew that it was so hard for making a letter in government's association. Whatever, I just made all as my best experience of government related.

Now, rite now, I sit in my desk with a big smile because one step I've passed. I just wait the result and think positive. It's time for me to let Jesus works on it. I know He will give the best of this. I'm not doubt about it and I know I'll receive what's best for me :)

:keep praying:

Tuesday, August 23, 2011

23 Agustus 2011

Sebenarnya aku juga bingung mau nulis apa. Suasana hatiku memang lagi buruk hari ini. Seharusnya hari ini salah satu masalah mengenai berkas yang harus aku urus ke kampus kelar, tapi ternyata diluar rencana.

Semuanya berantakan....

Aku ga bisa ngirim berkas ini hari ini karena lampiran dari kampus belum bisa aku ambil. Jujur, aku berharap banyak pagi hari ini kalau berkas ini bisa aku kirimkan dan bisa memberikan kabar baik buatku nantinya. Tapi apa daya, semua harus ke-pending dulu.

Alhasil karena harapanku yang udah besar tadi pagi dan ga berjalan dengan baik, jadinya aku benar-benar dalam kondisi yang depression banget. Mungkin ini akibatnya kalau kita terlalu menaruh harapan yang tinggi tentang sesuatu dan ga bisa berjalan dengan baik. Semoga aja besok berkas yang aku minta itu bisa aku dapatkan dan aku bisa ngirim berkas ini.

:HOPE:

Thursday, August 18, 2011

Way of Success <== Old email

Just opened my old emails and found an email from someone in my past, sending me this email.
This email was simple as it was, but it gave deeper meaning if we tried to make a reflection for ours.

Now, I want to share points of an email for you and hope you will be blessed :)

-----------------------------

10 ways to achieve success:
1. Be optimistic
2. Work harder, don't be lazy
3. Do whatever it takes
4. Explore everything
5. Love your life
6. Don't give up
7. Take risks
8. Always wear a smile
9. Share your blessings
10. Always pray

-----------------------------

Tuesday, August 16, 2011

Jangan Kembali Lagi



Pagi ini begitu sampai di kantor, aku kembali teringat dengan renungan yang aku baca tadi malam dan aku ulang lagi dalam renungan pagi ini. Renungan itu mengingatkan kita untuk memikul salib jika ingin mengikuti dan menjadi anakNya.
Pagi ini aku tergerak untuk membuka website renungan harian untuk melihat bahan renungan yang dipersiapkan tim tersebut untuk bacaan hari ini. Mulai membaca dan membaca renungan yang diberikan, kembali menggelitik hati dan pikiranku lagi mengenai renunganku tadi malam dan juga tadi pagi. Mungkin selama ini kita selalu mendapatkan berkat yang melimpah dariNya, namun tidak jarang juga kita sering melupakannya jika kita merasakan sesuatu yang bahagia. Begitu hal buruk menimpa, tidak jarang juga kita bukannya memandang kepadaNya tapi malah memandang pada kemampuan diri sendiri dan berharap ke orang lain yang sering memberikan luka yang lebih dalam lagi.
Mungkin memang renungan ini berkat yang indah dan juga semakin menekankan renungan yang aku baca sebelumnya dan belum sepenuhnya juga kumengerti.

Semoga memberkati yang membaca juga :)

---------------------------------------

Bacaan: Mazmur 51:13
             "Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil Roh-Mu yang kudus daripadaku"

Beruntung sekali sekarang kita hidup di jaman teknologi yang canggih. Segalanya bisa jadi lebih praktis dengan bantuan alat-alat elektronik. Banyak hiburan, pekerjaan pun terasa lebih ringan dan mudah. Pernahkah kita membayangkan hidup kembali ke masa lalu? Hidup sama sekali tanpa bantuan listrik. Pastilah sangat menderita. Jangankan hidup seperti itu, mati lampu satu jam saja kita sudah sangat kerepotan dibuatnya.
Kalau sudah merasakan enak, pastilah akan sangat menderita kalau harus hidup susah lagi. Saat seseorang masih sederhana dia hanya tidur beralaskan tikar, dia merasa nyaman saja. Setelah sukses dia tidur diatas kasur empuk. Tapi kemudian dia mengalami kebangkrutan, sehingga jatuh miskin dan kembali tidur di atas tikar. Pastilah saat itu dia akan merasa sangat menderita. Sama-sama di atas tikar tapi akan terasa lebih menderita kalau sudah pernah merasakan yang enak dan harus kehilangan itu.
Kita pun juga merasakan hal itu. Dulu mungkin kehidupan kita sangat berantakan. Tapi hidup kita berubah total saat kita mengenal Yesus. Kita jadi penuh sukacita, damai, dan hidup kita jadi terasa sangat berharga. Roh Kudus selalu menyertai setiap apa yang kita lakukan sehingga kita bisa menjalani hidup dengan maksimal. Tapi karena suatu masalah kita membiarkan hati kita terluka, kecewa, dan putus asa. Dulu sangat intim dengan Tuhan Yesus, tapi sekarang berdoa pun jarang. Hidup kita kembali kacau. Ketahuilah, meskipun keadaannya sama seperti ketika kita mengenal Yesus tapi kita akan jauh lebih merasa menderita karena kita telah merasakan betapa nyamannya hidup bersama Tuhan.
Daud dengan sangat meminta kepada Tuhan supaya jangan mengambil Roh-Nya dari dirinya. Dia tahu persis bahwa tanpa Allah dia tidak akan mampu menghadapi hidupnya. Allah membuat hidup kita terasa indah dan berharga, karena itu pertahankanlah supaya hubungan kita dengan-Nya selalu intim. Jangan pernah menjauh dari kasih Allah kalau tidak ingin hidup kita terasa lebih kosong dan menderita seperti sebelum mengenal-Nya.
TIDAK ADA YANG LEBIH BERHARGA DARIPADA KEHADIRAN TUHAN DI DALAM KEHIDUPAN KITA.

Taken From:
http://www.renungan-spirit.com/renungan-kristen.html

---------------------------------------

Wednesday, July 27, 2011

Who Moved My Cheese?

Kalau dilihat sepintas sich dari bentuk luar dan isinya, pasti pemikiran langsung tertuju ke bacaan anak-anak yang sarat dengan imajinasi dan gambar-gambar tokoh yg dibuat selucu mungkin misalnya binatang, seperti tikus (jadi ingat dengan jerry dari serial Tom and Jerry, hahaha).
Lebih dari sebulan buku itu hanya nangkring di rak buku aja, dan mulai dijamah lagi pada saat aku bosan di rumah tante sendirian, sementara seluruh penghuni rumah lagi keluar karena ada urusan masing-masing. Alhasil, untuk mengusir kebosanan di rumah, aku mulai ambil buku itu dan mulai membacanya. And see, I really love this book. Buku ini benar-benar mengajarkan mengenai berbagai macam sifat manusia dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam kehidupannya. Hal yang paling menarik lagi, penulisnya memberikan gambaran dari setiap sifat mengambil solusi untuk masalah yang dihadapinya itu dengan lugas dan sederhana. Penulis tidak mengangkat teori-teori yang terkadang terlalu berat untuk dicerna, namun dituangkan dalam bentuk sosok tikus yang memiliki 4 sifat manusia yang berbeda-beda dan bagaimana setiap tikus itu menyikapi masalah yang mereka hadapi bersama.

Semoga referensi ini bisa menginspirasi pembaca juga :)

-------------------------------------

JUDUL        : Who Moved My Cheese?
PENGARANG : Dr. Spencer Johnson

PENGENALAN TOKOH
   1. Sniff, digambarkan sebagai seekor tikus yang dapat "membaui" perubahan dengan segera.
   2. Scurry, digambarkan sebagai seekor tikus yang selalu sigap dalam hal pengambilan suatu tindakan ( sesuai dengan namanya sich, hihihi).
   3. Hem, digambarkan sebagai seekor tikus yang selalu melakukan penolakan terhadap perubahan yang terjadi karena rasa takut dalam dirinya lebih kuat dan membawanya ke hal yang lebih buruk lagi.
   4. Haw, digambarkan sebagai seekor tikus yang selalu berusaha untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi sehingga dia siap untuk sesuatu yang lebih baik lagi.

RESENSI
Buku "Who Moved My Cheese?" mengisahkan 4 ekor tikus dengan empat karakter yang berbeda, yaitu Sniff, Scurry, Hem, dan Haw. Keempat ekor tikus ini sedang mencari cheese pada Maze yaitu sebuah labirin yang gelap serta menyesatkan. Awalnya, keempat ekor tikus ini mencari cheese tersebut menggunakan insting yang dimiliki oleh masing-masing dengan prinsip trial and error. Bukan tidak mungkin keempat tikus ini tersesat pada labirin yang tidak pernah mereka jumpai sebelumnya. Namun, mereka selalu berusah mencari dan mencari dengan kemampuan yang mereka miliki. Berkat kekompakan dan juga insting yang mereka miliki akhirnya mereka menemukan setumpukan cheese pada lokasi yang dinamakan Cheese Station C.
Keempat ekor tikus itu sangat berbahagia karena mereka telah menemukan persediaan cheese yang mereka inginkan akhirnya ditemukan juga. Mereka begitu menikmati cheese yang telah mereka temukan. Setiap hari mereka selalu mengunjungi station itu untuk menikmati cheese tersebut. Begitu juga halnya dengan Sniff dan Scurry, setiap hari mereka mengunjui station dimana cheese itu berada. Setiap pagi mereka berdua melepas dan mengikatkan sepatu serta mengalungkannya pada leher. Satu hal yang tidak lupa mereka lakukan adalah sebelum menyantap cheese mereka selalu memandang sekeliling ruangan itu dan melihat apakah ada perubahan pada ruangan tersebut atau tidak. Berbeda halnya dengan Hem dan Haw, keduanya awalnya melakukan hal yang sama yaitu berangkat ke station dimana cheese itu berada. Namun setelah mereka mengetahui jalan ke station tersebut, mereka menjadi malas dan bangun siang (kelihatan mereka berdua jadi sosok yang arogan sich karena merasa sudah mengetahui arah jalan ke cheese tersebut).
Masalah muncul ketika keempat ekor tikus itu menemukan cheese pada station itu kosong. Sniff dan Scurry sebenarnya tidak heran dengan perubahan itu, karena mereka sadar bahwa suatu saat cheese tersebut akan habis karena setiap hari dimakan. Sniff dan Scurry segera beranjak dari station itu dan mencari cheese di station lainnya. Mereka menyadari bahwa cheese pada station C telah berubah dan mereka pun harus berubah jika ingin tetap bertahan hidup. Namun berbeda dengan reaksi Hem dan Haw. Mereka kaget, marah, dan berteriak keras "Who moved my cheese?". Hem memandang kondisi itu adalah sesuatu yang tidak adil, dimana dia beranggapan bahwa cheese itu patut dia makan selamanya dan ada orang yang telah memindahkannya ke suatu tempat. Sementara Haw, dia bingung memikirkan mengapa hal ini terjadi dan apa yang harus dilakukannya.
Di lain tempat, Sniff dan Scurry yang berani mengambil tantangan mencari cheese baru tidak luput dari banyaknya jalan buntu pada Maze dan cheese tidak ditemukan. Namun, mereka berdua tidak patah semangat dan terus mencari. Akhirnya mereka menemukan cheese pada suatu lokasi yang mereka namakan Cheese Station N. Ternyata cheese yang mereka temukan itu lebih enak dari cheese sebelumnya dan mereka dapat menikmatinya dengan puas.
Sementara itu, Hem dan Haw masih tetap memandangi station C yang kosong tersebut dan berharap cheese mereka akan dikembalikan. Hem hanya diam terpaku dan putus asa melihat kondisi yang dihadapi. Haw yang awalnya putus asa mulai tidak tahan dengan kondisi tersebut. Mereka berdua awalnya sepakat untuk mencari cheese pada lokasi lain. Namun, sebelum mereka keluar dari station itu, Hem memutuskan untuk tetap tinggal di station itu karena dia yakin cheese itu akan kembali kepadanya. Akhirnya Haw pergi berpetualang sendiri untuk mencari cheese dan meninggalkan Hem sendirian. Rasa takut selalu menyergapnya namun dia berusaha menghilangkan rasa takut itu dengan membayangkan bahwa dia akan menemukan cheese baru yang lebih enak lagi diluar sana. Lama-kelamaan perjalanannya semakin ringan dan dia semakin mantap dalam mencari cheese. Sepanjang jalan dia selalu memberikan tanda pada dinding Maze dan berharap tanda itu bisa dijadikan Hem sebagai petunjuk jika dia sudah berani menghilangkan rasa takutnya. Haw mendapatkan banyak pengalaman baru selama perjalanannya mencari cheese yang baru. Akhirnya perjuangannya menghilangkan rasa takut itu memberikan hasil, dia menemukan cheese pada station N dan berhasil menemukan Sniff dan Scurry. Mereka bertiga berbahagian menikmati cheese baru yang ditemukan. Walaupun Haw sudah menemukan kebahagian baru di lokasi itu, dia tetap berharap Hem dapat menghilangkan rasa takutnya sehingga dapat menemukan mereka di station itu dengan yang telah diberikannya.

-------------------------------------

Who moved my cheese? dengan 4 tokoh utama menawarkan angin segar dalam mengembangkan pola pikir kita mengantisipasi perubahan yang terjadi, bagaimana beradaptasi serta menikmati perubahan tersebut. Satu hal yang paling penting lagi yaitu tetap siap untuk perubahan baru yang datang secara cepat dan tidak terelakkan. Apakah kita mau menjadi Sniff, Scurry, Hem, Haw? Itu tergantung diri kita masing-masing. Yang jelas, perubahan itu tidak dapat dihindarkan dan kita juga harus bisa memberikan tanggapan yang tepat untuk perubahan tersebut. :)

Saturday, July 23, 2011

A Song For Mama

Kalau ditanya tanggal paling berkesan buatku, pasti aku akan spontan jawab tanggal kelahiranku,hehehe. Maklum tanggal itulah yang pertama kali diperkenalkan orang tuaku :)

Nah, pada hari ini 23 Juli 2011, mamaku genap berusia 52 tahun. Kebiasaan di keluarga kami tuch buat perayaan ulang tahun di pagi hari yaitu memberikan sepiring nasi dengan telur ayam yang direbus pada yang berulang tahun. Memang sich sederhana banget, tapi aktivitas itu sangat bermakna bagi kami sekeluarga dan rasanya belum lengkap perayaan ultah satu hari itu tanpa ritual nasi + telur ayam rebus, hahaha :)

------------------------------------------
Satu kejutan kecil dari adik laki-laki ku satu-satunya buat si mama,,yaitu nyiapin air panas spesial buat mandian mama. Hahahaaa. Kejadiannya seperti apa ya?? **penasaran mode on.
Sebenarnya malam sebelum hari ulang tahun mama, si abang (panggilan kami buat adik laki-laki ku) iseng aja nanya ke mama, "Ma, besok mama mau dibuatin apa? Mumpung aku lagi baik hati ini" ** dengan tampang polos dan cengiran khasnya. Spontan semua yang diruangan itu (mama, bapak, Theresia adikku paling kecil) ketawa ngakak liat mendengar dan melihat tampang si abang. Si mama akhirnya dengan spontan juga bilang, "Mama mau mandi air panas besok pagi sebelum ngajar di sekolah". Secara mamaku kan guru dan setiap hari harus ke sekolah untuk ngajar pelajaran Fisika. Selesai sudah guyonan singkat dari si abang dan suasana kembali asyik dengan tontonan sinetron kesayangan mama "Atikaaaaaa......" >,<

Besok paginya, pukul 05.00 WIB, si abang tiba-tiba bisa bangun cepat. Ini rekor pertama dia bisa bangun pada jam segitu, biasanya kan harus dibangunin dulu, whuakakakaka..Dia berjalan ke arah dapur dan tahu apa yang dilakukannya?? Benar, nyiapin air panas buat mandian mama. Hahahaa, ternyata guyonan si abang ini sebagai bentuk hadiah kecil buat mama kesayangannya. Sambil terkantuk-kantuk di dapur, mama tiba-tiba udah di dapur. Spontan aja si mama terkejut soalnya kan ini bukan tipe si abang banget, wkwkwk.
Si mama bangunin si abang, "Abang, ngapain di dapur? Tumben ya bangun cepat", ledek si mama. Si abang langsung pasang muka 'beccut' (cemberut) andalannya sambil bilang, "Lha, kan mau buat air panas mandian mama". Si mama ngerespon, "Bagh,bagh. Mama  pikir kau becanda semalam abang. Kalau tahu gitu mama bilang kian dimasakin sarapan pagi". Spontan ibu dan anak ini ketawa ngakak sambil lanjutin guyonan tentang memori si abang yang pernah memasak dan hasilnya? Semuanya gosong, whuakakakaka. Alhasil kami sekeluarga makan diluar karena ga ada yang bisa dimakan dari masakan si abang :)

------------------------------------------

Memang sich, ada kesedihan karena ga bisa berkumpul dengan mereka di hari ultah mama. Tapi, tenang aja, kami tetap bisa ngerayain ultah mama walau berjauhan. Aku nelpon mama dan mutar lagu "A SONG FOR MAMA - BOYZ II MEN" ini buat mama. Mama senang dengar lagunya, katanya musiknya bagus hanya satu kritikan mama, "Mama ga ngerti bahasa Inggris, kalian terjemahin dulu liriknya sama mama ya".
Hahahaha, spontan kami semua yang dengar jawaban mama itu ketawa ngakak. Akhirnya si pudan kami menerjemahkan lagu itu buat si mama, katanya sebagai hadiah dari dia khususnya. *dengan logat centil si pudan yang selalu kami rindukan :)

Once again, wanna say "Happy birthday ma dearest mommy I've ever had"..
muacchhhh
^________^ 




A Song For Mama - Boyz II Men

You taught me everything
And everything you've given me
I'll always keep it inside
You're the driving force in my life, yeah
There isn't anything
Or anyone that I can be
And it just wouldn't feel right
If I didn't have you by my side
You were there for me to love and care for me
When skies were grey
Whenever I was down
You were always there
To comfort me
And no one else can be
What you have been to me
You'll always be
You will always be the girl
In my life for all times

Chorus:
Mama
Mama you know I love you
(Oh you know I love you)
Mama
Mama you're the queen of my heart
Your love is like
Tears from the stars
Mama I just want you to know
Lovin' you is like food to my soul

Friday, June 10, 2011

Berbagai Resep Cantik yang Tersedia di Dapur Anda

Dengan kondisi tubuh yang tidak fit, aku mulai berselancar di dunia maya sekedar untuk melepaskan kejenuhan. Tanpa sengaja aku menemukan artikel singkat ini dari Yahoo! dan sangat tertarik untuk mempraktikkan semua saran yang disampaikan. Semoga juga artikel ini bermanfaat buat yang lain.
Nice trying ... ^^

----------------------------------------------------

Tak suka masak dan jarang ke dapur? Mungkin setelah Anda membaca tulisan ini, Anda akan berubah pikiran. Pasalnya, banyak benda di dapur Anda yang ternyata bisa membuat kita cantik. Apa saja?


1. Timun
   Sari timun sangat baik untuk dijadikan toner bagi anda yang memiliki kulit berminyak. Atau, campurkan dengan susu dan jadikan sebagai pembersih wajah.

2. Madu
   Selain bisa membunuh kuman, madu juga bisa kita campur dengan lotion atau sabun cair untuk membuat kulit jadi ekstra halus. Campurkan madu dengan susu, jadilah lotion yang akkan membuat kulit kita bercahaya.

Tuesday, June 7, 2011

Bekerja atau Berkarya?


Saat diminta bantuan untuk lembur, beberapa orang karyawan di suatu bagian secara spontan nyeletuk, “Yak, tergantung imbalannya” Mendengar hal ini, atasan pun berkomentar agar orang yang menolak lembur mengundurkan diri saja, karena melihat mereka sungguh-sungguh tidak memikirkan kepentingan perusahaan dan hanya memikirkan kepentingan diri pribadi. Meskipun loyalitas pada perusahaan oleh beberapa pihak dianggap sudah kuno, tetapi hitung-hitungan pekerjaan tentu sudah lebih ketinggalan jaman lagi. Bila kontribusi yang bersedia kita berikan selalu dihitung dengan apa yang diberikan oleh perusahaan, bukankah kita sendiri yang rugi karena tidak bisa secara utuh menghasilkan karya terbaik kita? Apakah kita bisa happy bila bekerja dengan separuh hati saja? Bayangkan juga apa jadinya bila para prajurit tidak sepenuh hati membela negara karena hitung-hitungan dengan imbalan yang diterima dari negara.
Seorang teman yang dikenal sukses dalam menerapkan perbaikan sistem dan pencapaian target, baru menyadari bahwa sudah tiga tahun terakhir semua usulan perbaikannya tidak mendapat persetujuan. la pun jadi kehilang­an “purpose” dalam pekerjaannya dan mulai mempertanyakan “makna” bekerjanya. Di satu sisi, ia tahu sudah memiliki posisi baik dan gaji yang lumayan, sehingga tidak mudah hengkang begitu saja ke tempat lain. Gairahnya untuk memahami manajemen dan menyamakan derap sudah hilang.
“Saya kerja semata untuk hidup”, begitu komentarnya. Kita lihat hilangnya gairah kerja bisa terjadi di level mana pun, mulai dari pelaksana sampai manajerial. Pertanyaan bagi perusahaan, bisakah kita mengandalkan karyawan yang hanya datang kerja dengan mental dan sikap kerja tanpa gairah seperti ini? Pertanyaan bagi individu­nya, apakah kita ingin meneruskan hidup tanpa gairah seperti ini?
Ciptakan dan rasakan “magic”
Pencipta logo “I  NY", Milton Glaser, pernah mengatakan bahwa bekerja hanya benar-benar disebut kerja bila kita bisa berada di tingkat yang lebih tinggi daripada tujuan obyektifnya. Seorang manajer HRD berkata, “Saya ingin zero absenteeism”. Berbagai upaya ia lakukan untuk mencapai targetnya tersebut, mulai dari sosialisasi per­aturan, juga melakukan pendekatan persuasi. la sama sekali tidak tergantung atasan maupun manajemen perusahaan karena sudah menjadikan sasaran tugas sebagai obsesi pribadinya. Dengan rasa seperti itu, ia merasa menjadi majikan bagi dirinya sendiri. Pekerjaan akan dirasakan sebagai karyanya bukan sekadar tugas. Kita lihat bahwa bila meletakkan kerja lebih tinggi dari tujuan objektifnya, kita bisa memiliki spirit, energi, dan merasakan hal-hal misterius dan “magic” dari tugas tersebut.
Sebetulnya terkadang kita tidak bisa secara kasat mata membedakan seorang frontliner yang bekerja dengan passion sampai tingkat “artistik” dengan temannya yang sekadar melaksanakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh. Namun, kita bisa melihat dampak dari hasil kerjanya berbeda. Individunya sendiri pun akan merasakan gairah yang berbeda, karena penemuan misteri, solusi, dan tantangan selalu ada dalam tugasnya. Ini membuat pekerjaan menjadi hidup dan eksperimental.
Bagaimana dengan pegawai negeri yang terkenal cenderung digaji lebih kecil dari pegawai swasta? Kita lihat seorang petugas pembuat paspor sekalipun ada yang begitu terampil menguasai pekerjaannya dan begitu menikmati pekerjaannya, seolah tidak peduli pada imbalan yang ia terima. Individu seper­ti ini sudah mengintegrasikan emosi dan “passion” dengan tugasnya. Sasaran kerjanya sangat personal dan bergereget. Kita lihat apa pun pekerjaan dan jabatan kita, kita bisa menyusun standar pribadi yang bahkan lebih tinggi dari tuntutan jabatan atau peru­sahaan. Inilah yang bisa membuat kita merasakan “magic” dan bekerja dengan tingkatan yang lebih tinggi.
Gaya kerja relawan           
Suatu kali saya mendapat kandidat yang istimewa. Saat wawancara, ia bertanya apakah boleh memberi usulan perbaikan dan berpartisipasi dalam acara “brainstorming” di perusahaan? la juga menggali apakah kalau ada kesempatan ia diperbolehkan menentukan prioritasnya sendiri dan sasa­ran-sasaran kecil sejalan dengan sasaran yang ditetapkan perusahaan. Alangkah mudahnya perusahaan berkembang bila memiliki kualitas karyawan yang “memilih” cara untuk mencapai kepuasan kerjanya dengan rasa berkarya seperti ini. Guru manajemen, Peter Drucker pun mengatakan bahwa kita perlu memilih karyawan yang bersikap seperti relawan, mempunyai misi pribadi yang jelas, serta bisa memberikan alasan yang kuat mengapa mereka bergabung di organisasi. Karyawan mesti mengenal dan menyukai “game”-nya!.
Kita bisa belajar dari Google yang senan­tiasa mengupayakan rasa bekerja di “perusa­haan kecil” pada karyawannya, sehingga apa pun upaya yang dilakukan karyawan terdeteksi dan diapresiasi, agar karyawan tetap kreatif dan berusaha untuk berkarya terus. Pekerjaan tidak lagi kaku dan berkesan formal, tetapi lebih kental bergaya maha­siswa atau relawan. Dengan gaya kerja seperti ini, hubungan satu sama lain juga seperti hubungan dengan “teman main”. “Work & play” sudah tidak terpisahkan lagi. Bukannya tidak ada persaingan, tetapi persaingan lebih banyak pada keinginan untuk melebihi teman kerja dalam keung­gulan karya dan buah pikiran masing­-masing. Hal yang sering dilupakan pemberi kerja adalah setiap individu mempunyai potensi untuk menjadi idealis. Dengan memberi kesempatan agar para karyawan berkarya sesuai dengan hal-hal yang mereka anggap benar, mereka akan tumbuh lebih percaya diri dan berani mengembangkan idealisme profesinya. Tanpa perlu mengada­kan Quality Control secara sengaja dan ter­pisah, seluruh karyawan sudah memperbai­ki, bahkan bersikap kritis terhadap kualitas kerja. “Being a part of something that matters and working on products in which you can believe is remarkably fulfilling”. “Life is beautiful.” Ini komentar CEO Google.

KOMPAS KLASIKA
Sabtu, 26 Februari 2011
Eileen Rachman & Sylvina Savitri
EXPERD
EMPLOYEE ENGAGEMENT SURVEY

Menuju Sukses dengan Antusiasme


“Nothing great was ever achieved without enthusiasm. Tidak ada keberhasilan yang dapat tercapai tanpa antusiasme.” Ralph Waldo Emerson

SIKAP ANTUSIAS AKAN MEMBAWA KITA PADA PERASAAN, PIKIRAN, DAN TINDAKAN YANG POSITIF. ANTUSIASME ADALAH RAHASIA KEBERHASILAN YANG TERSEMBUNYI.

Kata antusias (enthusiastic) berasal dari Bahasa Yunani “entheos” yang berarti “Tuhan di dalam”, dan antusiasme (enthusiasm) yang berarti “diilhami oleh Tuhan”. Sedangkan menurut Kamus Webster, antusiasme adalah perasaan senang luar biasa untuk menggapai sesuatu. Yang artinya, ketika seseorang memiliki antusiasme atau semangat dalam diri sendiri, maka ia akan merasa sangat senang dan bahagia untuk mencapai mimpi.

Percayalah, setiap sukses besar akan selalu disertai dengan antusiasme besar dalam proses pencapaiannya. Sebaliknya, kegagalan selalu didampingi oleh kecilnya antusiasme, atau mungkin bahkan tidak adanya semangat antusiasme dalam mencapai suatu tujuan. Sikap antusias atau bersemangat adalah syarat umum bagi seseorang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya.

Seseorang boleh saja mempunyai tujuan, keinginan, sasaran, atau rencana yang sudah terjadwal dengan baik untuk segera dilaksanakan. Tetapi jika dalam pelaksanaannya tersebut tidak diiringi dengan antusiasme di dalamnya, maka hal itu tidak akan ada manfaatnya. Selalu mempunyai semangat atau antusiasme di dalam setiap hal yang dilakukan, akan semakin mendekatkan diri seseorang kepada sukses yang diimpikannya.

Setiap orang, apapun pekerjaannya, di mana pun ia berada, dan bagaimanapun kondisinya, sudah seharusnya menyadari bahwa sikap antusias dapat membawa dirinya pada kehidupan yang lebih baik. Karena, sikap antusias akan membawa kita pada perasaan, pikiran, dan tindakan yang positif. Sikap antusias akan meningkatkan gairah positif dalam kehidupan siapapun. Meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain, membuat seseorang lebih terbuka terhadap ide-ide atau peluang baru, dan bahkan meningkatkan kualitas kesehatannya.

Satu lagi rahasia yang belum banyak diketahui orang, antusiasme dapat “menular” layaknya virus! jika melakukan segala sesuatu dengan atusias, orang-orang di sekitar akan ikut merasakan semangat yang dimiliki seseorang. Hal ini dapat diamati dari lingkungan kerja. Pasti rekan-rekan kerja, bahkan pimpinan pun akan terpengaruh dengan sikap antusias atau semangat yang diperlihatkan seorang karyawan dalam melakukan segala tugas dan kewajiban, seberat apapun pekerjaan tersebut. Mereka pasti akan ikut terbawa arus semangat yang keluar dari diri rekan kerjanya tersebut dan terus berusaha berjuang melakukan yang terbaik dengan penuh antusiasme. semangat! 

Ketipak-ketipuk suara gendangan
Bangunkan tidur si kumbang ngengat
Ayo kawan bergandeng tangan
Satukan tekad tetap semangat

Dr. Esther Nurima, MARS
CORPORATE DIRECTOR

QUICK RESPONSE


Kita sudah biasa membicarakan kecanggihan Jepang dalam kualitas produk, efisiensi proses, inovasi, teknologi, juga keteguhannya melestarikan nilai-nilai budaya timur secara turun-temurun. Dengan bencana gempa dan tsunami yang melanda Jepang baru-baru ini, Jepang sang raksasa Asia memang berduka, namun tidak terpuruk. Jepang malahan kembali membuka mata dunia untuk mengakui betapa mereka memang layak mendapat pengakuan dan pantas menjadi contoh dalam begitu banyak hal. Selain karakter dan kekuatan mental manusianya dalam menghadapi bencana, satu hal yang juga begitu nyata kelihatan adalah responsiveness atau kecepatan bertindak yang luar biasa.
Selain rangka gedung yang lebih kokoh, pondasi karet anti gempa yang terkenal itu, sepuluh menit setelah terjadinya gempa, sudah ada helikopter yang terbang untuk memantau situasi gempa dan mengumandangkan instruksi pada penduduk serta mengingatkan petunjuk menyelamatkan diri. Masyarakatnya pun terlihat sudah begitu terlatih untuk patuh pada “Standard Operation Procedure” saat gempa. Pengunjung di Disney, misalnya, dikumpulkan dan diminta menunggu sampai dengan jam 8 malam. Mereka berbaris rapi dan patuh keluar arena Disney dan di pintu keluar telah dibagikan peta jalur kereta yang bisa digunakan bergiliran pada jam tersebut.
Dalam keadaan tidak bersandang pangan ini tidak seorang pun menjarah makanan dari tempat-tempat yang tidak dijaga penghuninya. Mereka percaya pada gilirannya untuk mendapatkan pembagian logistik. Cerita ini baru segelintir dari begitu banyak contoh kekuatan mental manusia dan kesigapan bertindak yang ditunjukkan oleh Jepang.
Ya, tentunya Jepang tidak bisa disamakan dengan negara-negara lain yang tidak mengalami bencana seperti mereka. Jepang mengalami gempa dahsyat tahun 1923 yang membunuh 100.000 jiwa. Gempa Kobe, tahun 1995, meluluhlantakkan seluruh kota dan menewaskan 6.000 orang. Pengalaman ini membuat Jepang menerapkan dan menyediakan mekanisme quick response yang siap setiap saat. Seakan-akan tidak ada orang yang “bengong” dan menunggu. Dalam kondisi bencana yang datang tiba-tiba dan tidak bisa diantisipasi pun, setiap individu seakan otomatis tahu apa yang harus dilakukan. Para petugas pemerintah segera bergerak memberi bantuan, sebanyak 80.000 tentara, pelaut, penerbang dan ditambah pasukan cadangan semua turun tangan. Jelas negara ini terbukti maju dan membuktikan state-of-the-art dari quick response yang bisa dibuktikan oleh dan untuk setiap rakyatnya. “No country may be better prepared for a major earthquake than Japan” demikian tulis “TIME”.
Situasi ini tentu memaksa kita bercermin pada diri kita sendiri. Kita pun mengalami sendiri bertubi-tubinya gempa di berbagai daerah, baik dalam skala kecil sampai yang mahadahsyat seperti gempa di Aceh. Pertanyaannya, apakah kesiagaan kita sudah bertambah? Pemahaman terhadap penanganan gempa masih begitu minim sosialisasinya. Apakah kita tidak ingin menanamkan kesiapan pada setiap anggota keluarga, karyawan dan lingkungan kita? Kita tentu tidak hanya bicara gempa, namun begitu banyak aspek di sekitar kita, misalnya saja hujan deras yang menimbulkan banjir, kemacetan yang terus meningkat, bahkan teror bom yang datang silih berganti. Tidakkah kita bisa belajar dari keadaan orang lain? Haruskah kita mengalami bencana, “kena batu”-nya dulu, baru kemudian menyusun sistem ‘alertness’?
Berlatih untuk Responsif
Tidak banyak orang yang sadar bahwa kualitas seorang pemimpin atau atasan dinilai dari bagaimana ia merespons terhadap suatu situasi. Begitu gempa terjadi, semua mata tertuju kepada Naoto Kan, Perdana Menteri Jepang, menunggu apa respons yang dilakukannya. Segera setelah gempa, pengumuman dikeluarkan, beliau pun keesokan harinya melakukan kunjungan ke lokasi. Dalam kondisi penyelamatan yang belum sepuluh hari ini, beliau sudah menyerukan rekonstruksi sekolah, distribusi pasokan ikan ke seluruh negara dari pelabuhan Hachinohe, pembangunan 32,800 rumah sementara, prioritas pembagian bahan bakar dan pasokan listrik, serta melakukan komunikasi yang sejelas-jelasnya mengenai bahaya pencemaran nuklir. Respons individu dinilai berkualitas bila ia melakukannya dengan mempertimbangkan kebutuhan orang lain di samping dirinya, menunjukkan kemampuan bekerja sama dan selalu memfokuskan untuk berkomunikasi sejelas-jelasnya, kemudian menindaklanjuti tindakan demi tindakan sampai tuntas.
Sebetulnya kita bisa menguji respons dari berbagai situasi. Bila ada barang jatuh, apakah individu yang punya posisi lebih tinggi mau bergerak mengambil barang tersebut atau menunggu sampai bawahan atau orang yang lebih rendah “derajat”-nya untuk “turun tangan”? Bila ada kegagalan proses kerja, apakah sikap kita cenderung menyelamatkan diri sendiri atau berusaha menyelamatkan orang lain, tim, organisasi dan situasi dari kegagalan yang lebih besar? Kembali belajar dari Jepang, kita melihat bahwa untuk menjadi seorang yang responsif juga dibutruhkan latihan-latihan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus berlatih untuk lebih mendengar aktif, berempati, fokus pada pemecahan masalah, juga disiplin dalam antrian atau kesediaan menggunakan dan merawat fasilitas umum di sekitar kita.
Peduli pada Hal di luar Diri
Tidak mudah memelihara kesigapan berespon bila kita lalai mengevaluasi cara kita memproses tugas dan bagaimana selama ini pelayanan yang kita berikan pada orang lain. Kebutuhan dan keadaan orang di sekitar kita sering berubah. Respons kita pun perlu disesuaikan terus-menerus. Kita memang harus berlatih untuk selalu mengikutsertakan kepentingan orang lain bersamaan dengan kepentingan kita. Bila kita membiasakan ‘mindset’ peduli pada hal-hal di ‘luar’ diri kita, maka tenaga kita pun akan terdistribusi dan tidak terpusat pada diri sendiri saja. Seperti bangsa Jepang, kita pun perlu bercita-cita untuk menjadi contoh, acuan, dan terbiasa untuk melakukan hal-hal yang lebih bernilai daripada sekedar menjalankan tugas, menyelamatkan diri atau berebut fasilitas.
Kompas Karier
Sabtu, 19 Maret 2011
Eileen Rachman & Sylvina Savitri
EXPERD
One Day Assessment Center

Mood Management


Di sekolah kehidupan saya menemukan bahwa kemampuan memanajemeni suasana hati merupakan suatu hal yang amat penting untuk bisa mempertahankan sukacita dalam tugas dan pekerjaan. Ia bertalian dengan kemampuan mengendalikan diri, menjaga hati agar tidak dirusak oleh gangguan atau godaan dari luar. Ia berkaitan dengan apa yang mungkin bisa disebut sebagai kebugaran emosi (emotional fitness).
Orang yang terlatih dan memiliki kebugaran emosi, menunjukkan kemampuan mengelola suasana hati atau mood-nya, sehingga tidak bisa dirusak oleh serangan dari luar. Ia bisa tetap tenang, ketika mendapatkan perlakuan kasar bahkan melecehkan dari pelanggan atau atasan atau pihak lainnya.
Itulah inspirasi yang muncul di benak saya ketika seorang kawan mengirimkan surat elektronik yang memuat cerita tentang ”Pegawai Hotel yang Sabar” berikut ini:
---------------------------------------
Beberapa waktu yang lalu di meja pemesanan kamar sebuah hotel, saya melihat suatu kejadian yang luar biasa tentang bagaimana seorang resepsionis menghadapi tamu yang emosional. Saat itu sekitar pukul lima sore, dan hotel dalam keadaan sibuk mendaftarkan tamu-tamu yang baru check-in. Orang di depan saya memberikan namanya kepada pegawai di belakang meja reception dengan nada memerintah.
Resepsionis itu berkata, ”Ya, Tuan, kami sediakan satu kamar single untuk Anda”.
”Single,” bentak orang itu, ”Saya memesan double”.
Resepsionis tersebut berkata dengan sopan, “Coba saya periksa sebentar.”
Ia menarik permintaan pesanan tamu dari arsip dan berkata, “Maaf, Tuan. Telegram Anda menyebutkan single. Saya akan senang sekali menempatkan Anda di kamar double, kalau memang ada. Tetapi semua kamar double sudah penuh.”
Tamu yang berang itu berkata, ”Saya tidak peduli apa bunyi kertas itu, saya mau kamar double.”
Kemudian ia mulai bersikap Anda-Tahu-Siapa-Saya, seraya memberikan ancaman, ”Saya akan usahakan agar Anda dipecat. Anda lihat nanti. Saya akan buat Anda dipecat.”
Di bawah serangan kata-kata kasar semacam itu, resepsionis muda tersebut menyela, ”Tuan, kami menyesal sekali, tetapi kami bertindak berdasarkan instruksi Anda.”
Akhirnya, sang tamu yang benar-benar marah itu berkata, ”Saya tidak akan mau tinggal di kamar yang terbagus di hotel ini sekarang. Manajemennya benar-benar buruk,” dan ia pun keluar.
Saya menghampiri meja penerimaan sambil berpikir si resepsionis pasti marah atas perlakuan yang baru dialaminya. Namun yang terjadi sebaliknya. Resepsionis itu menyambut dengan salam yang ramah sekali, ”Selamat malam, Tuan.”
Ketika ia mengerjakan hal yang rutin dalam mengatur persiapan kamar pesanan saya, saya tak bisa menahan diri untuk berkata, ”Saya mengagumi cara Anda mengendalikan diri tadi. Anda benar-benar sabar.”
”Ya, Tuan,” katanya, ”Saya tidak dapat marah kepada orang seperti itu. Anda lihat, ia sebenarnya bukan marah kepada saya. Saya cuma korban pelampiasan kemarahannya. Orang malang tadi mungkin baru saja ribut dengan istrinya, atau bisnisnya sedang lesu, atau barangkali ia merasa rendah diri, dan hal tadi adalah peluang emasnya untuk melampiaskan kekesalannya.”
Resepsionis tadi menambahkan, ”Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu.” Sambil melangkah menuju lift, saya mengulang-ulang perkataan resepsionis tadi, ”Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu.”

(Pesan saya: Ingat dua kalimat itu kalau ada orang yang menyatakan perang pada Anda. Jangan membalas. Cara untuk menang dalam situasi seperti ini adalah membiarkan orang tersebut melepaskan amarahnya, dan kemudian lupakan saja.)
---------------------------------------
Apa yang dilakukan oleh resepsionis dalam kasus di atas memang amat mengesankan. Ia memiliki kemampuan memanajemeni suasana hatinya, sehingga perlakuan kasar seorang tamu tidak merusak pelayanannya kepada tamu berikutnya. Ia berada dalam keadaan bugar secara emosional, sehingga menunjukkan kinerja yang baik.
Pertanyaannya adalah BAGAIMANA resepsionis tersebut bisa menanggapi perlakuan kasar tamunya secara demikian? Dengan menyimak cerita tersebut secara saksama, saya mencoba menarik sebanyak mungkin pelajaran dari surat tersebut. Dan inilah yang saya temukan.
Pertama, resepsionis tersebut telah membiasakan diri untuk memegang asumsi bahwa ”kebanyakan orang pada dasarnya baik”. Asumsi yang dipegangnya ini menolong ia untuk berbaik sangka, mencoba mengerti posisi tamunya yang emosional. Sang tamu mungkin baru ribut dengan istrinya, atau bisnisnya bangkrut, atau ia over acting karena sesungguhnya merasa rendah diri. Dengan mekanisme berpikir seperti itu, maka resepsionis tadi dapat menjaga sikap profesionalnya dalam memberikan pelayanan. Tentu akan sangat kontras jika asumsi yang dipegangnya adalah ”kebanyakan orang pada dasarnya brengsek”.
Kedua, ia terlatih untuk menggunakan kata-kata yang menunjukkan perhatian, pengertian, sekaligus ketegasan dalam keramahan. ”Selamat malam”, ”Maaf, Tuan”, ”Saya akan senang sekali bila”, ”Kami menyesal sekali”, adalah contoh kata-kata yang sebenarnya ”standar” dalam pelayanan profesional. Jadi, ia tidak bereaksi berdasarkan suasana hatinya, tetapi berdasarkan kebiasaan menggunakan kata-kata yang baik. Kata-katanya sendiri akan meredam gejolak hatinya. Ia terlatih untuk tetap mengatakan sejumlah hal dalam situasi-situasi yang sulit semacam itu. Nada suara, postur tubuh, ekspresi wajah, dan pilihan kata-katanya akan mempengaruhi tidak saja lawan bicaranya, tetapi dirinya sendiri juga.
Ketiga, ia terlatih mengikuti prosedur standar dalam pelayanan, yakni bertindak berdasarkan informasi yang akurat. Jika ada keraguan, maka ia melakukan pemeriksaan ulang. Ia mengambil dan menunjukkan copy telegram dari sang tamu, dan dengan demikian ia tidak perlu berdebat panjang lebar. Ia juga dibantu oleh komputer yang menunjukkan data mengenai jumlah kamar yang sudah terpesan. Atas dasar semua data tersebut, ia memberikan informasi yang tepat kepada tamu yang sedang dilayaninya. Dengan kata lain, ia didukung oleh sistem informasi – termasuk soal pengarsipan pemesanan kamar via telegram, fax, surat elektronik, dan lainnya – yang baik. Akan sangat berbeda halnya, jika resepsionis tersebut tidak menunjukkan copy telegram dari tamunya. Mereka mungkin terjebak dalam perdebatan yang tak berujung.
Keempat, ia tidak menganggap sikap tamunya sebagai sesuatu yang bersifat menyerang pribadinya. Apa yang dilakukannya adalah tanggung jawab pekerjaaan, dan ia berusaha mengerjakan tugasnya sebaik mungkin. Jika ia sudah melakukan hal terbaik yang bisa dilakukannya, tapi tamunya tidak bisa menerima hal itu, maka ia sudah bebas dari tanggung jawabnya.

Melalui uraian singkat di atas saya ingin menegaskan bahwa kemampuan mengelola suasana hati bukanlah suatu sifat bawaan lahir. Ia merupakan hasil dari sebuah proses pembelajaran. Kita bisa belajar mengelola suasana hati kita dengan pertama-tama belajar menyadari asumsi-asumsi yang kita pegang dalam suatu interaksi dengan orang lain. Kita juga bisa belajar untuk mengucapkan kata-kata yang menenangkan hati kita dan menunjukkan pengertian kepada lawan bicara kita. Cara mengucapkan, intonasi dan kecepatan bicara juga bisa dilatih sampai fasih dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Dan jika ditopang oleh sistem informasi yang akurat, maka orang-orang yang bekerja di bagian pelayanan pelanggan, pusat pengaduan pelanggan, teller bank, para wiraniaga, dan siapa saja yang tugasnya selalu bersinggungan dengan pelanggan, bisa mengaplikasikan hal-hal tersebut di atas sesuai konteks masing-masing. Bahkan lebih dari itu, siapa saja yang merasa sukar untuk mengelola suasana hatinya, bisa mencoba melakukan hal yang sama.


Salam pembelajar mahardika!
Andrias Harefa, Penulis buku terlaris Menjadi Manusia Pembelajar [Kompas, 2000] dan fasilitator www.pembelajar.com

If It’s Important, You’ll Find A Way. If It Isn’t, You’ll Find An Excuse


March 28 2011

Some people dream of success, others make it happen. Of course, you can dream as much as you like but waiting for things to happen gets you nowhere. Get active and start making things happen.

Whatever journey your path takes you on, the most important thing is to have passion in what you do.

How many of you went to college, got your degree, and ended up doing something totally unrelated to your major? Studying it did not make you passionate about it. It wasn’t your path.

Education or even talent aren’t worth much without passion. So do the stuff that you love and you've always wanted to do because without it, you'll feel stuck and unfulfilled. If you work in a bank but your dream is to be a naturopath, then make those changes now. Make this year the turning point in your life. When you do what you love you will be rewarded — it will just flow naturally.
Look at those around you who just make things happen. They have a clear goal in mind and they know where they want to go. They don't always have a plan but they have the passion and the tenacity to make it work, and they achieve their goals as the end result.

Trust us when we tell you this. If something important to you, you WILL find a way. If it isn't, you'll find an excuse. It’s that simple. Find your way. Make it work, whatever it takes. Are you 10 kilos heavier than you should be? It is simple: Commit, go to that gym every day, no excuses, and train until you lose those 10  kilos. When you accomplish this, you'll have the confidence to do more. Set a goal and make it happen.

Want to stop smoking? Stop making excuses, take control of your circumstances before they take control of you.

Success isn't just about what you accomplish in your life, it's about what you inspire others to do and when you do accomplish something as simple as quitting smoking or losing weight, you'll inspire others to do the same. Anyone can change the world, and everybody should try. And it all starts with your own life.

Stop waiting for the perfect time to do what you want to do. Do it now.

Life begins at the end of your comfort zone, so get used to being uncomfortable. It won’t kill you.

Do you need a sign? Here it is:  http://www.thecoolhunter.net/images/sign.jpg

written by 
Bill Tikos in thecoolhunter.com

Katakan sekali lagi! Berkali-kali!


Waktu saya membaca artikel Harvard Business Review yang akan terbit Mei 2011 depan berjudul Effective managers say the same thing twice (or more), saya merasa bahwa laporan studi Prof. Neeley (Harvard Business School) dan Leonardi (Northwestern University) tersebut banyak benarnya. Intinya ada dua: Komunikasi itu sulit dan mahal ongkosnya.
Studi tersebut merekam tiap perilaku komunikasi (mengirim dan menerima pesan) dari 13 manajer di 6 perusahaan selama lebih dari 250 jam (secara kumulatif). Riset ini menemukan bahwa 14% dari komunikasi yang dilakukan bersifat pengulangan pengiriman/penerimaan pesan yang sama, hanya saja dengan menggunakan media yang bervariasi (seperti tatap muka, e-mail, chat, telepon, dan nota dinas)
Temuan lainnya yang menarik dari penelitian di atas adalah pengiriman/penerimaan pesan berulang ternyata menghasilkan penyelesaian pekerjaan yang lebih cepat karena lebih sedikit menghadapi hambatan. Para manajer yang membaca laporan studi ini merasa temuan tersebut merupakan sesuatu yang wajar, dan memang sudah biasa mereka hadapi sehari-hari.
Menyaksikan hal-hal serupa ini terus terjadi membuat saya merasa perlu membuat catatan yang semoga dapat membantu para pimpinan organisasi perusahaan mengatasi permasalahan komunikasi di dalamnya, khususnya perusahaan-perusahaan yang sedang bertumbuh dengan cepat.
Pertama: Pertumbuhan perusahaan dan memburuknya komunikasi
Yang menarik diperhatikan adalah pada masa awal pertumbuhannya, suatu perusahaan umumnya dapat bertumbuh dengan cepat karena kekompakan dan suasana kerja yang kondusif. Biasanya hal ini dimungkinkan karena komunikasi yang lebih baik lebih mudah terbangun di dalam organisasi yang masih kecil ukurannya. Seiring dengan pertumbuhan perusahaan, kerumitan organisasi cenderung terus meningkat dan kelancaran komunikasi sebaliknya cenderung menurun.
Informalitas hubungan komunikasi pada saat skala perusahaan masih relatif kecil mengakibatkan pendekatan persuasif lebih bayak digunakan oleh para manajer. Ketiadaan atau terbatasnya otoritas formal mengakibatkan para manajer berkomunikasi dengan lebih lancar, sekalipun pengulangan lebih banyak terjadi. Media informal yang digunakan pertama-tama oleh manajer tipe ini adalah media yang bersifat instan, seperti tatap muka dan chatting; baru kemudian diperkuat dengan reminder melalui media yang bersifat lebih berjarak, seperti e-mail atau nota dinas. Menurut hasil studi yang saya kemukakan di atas, manajer yang tidak mempunyai otoritas formal akan mengulangi pesannya, 9% lebih banyak daripada manajer yang memiliki otoritas formal.
Sementara itu, manajer pada perusahaan yang lebih besar dan memiliki formalitas otoritas yang lebih jelas, umumnya memilih media komunikasi yang berjarak terlebih dahulu, seperti e-mail atau nota dinas atau SMS. Para manajer di organisasi yang lebih besar dengan otoritas formal lebih tinggi umumnya melakukan pengulangan pesan 12% dari total pesan yang mereka kirimkan.
Menurunnya persentase pengulangan pesan pada organisasi yang lebih besar dan birokratis ternyata menurunkan efektivitas komunikasi internal organisasi pada gilirannya. Banjir informasi di zaman ini ternyata malah mensyaratkan adanya pengulangan pesan para manager secara kuat agar pesan‑pesan tersebut dapat mencapai sasaran, yaitu para penerima pesan yang harus merespons pesan tersebut dengan baik dan tepat waktu.
Kedua: Kesiapan mengubah gaya komunikasi
Ketika organisasi membesar ukuran dan dan kerumitannya akibat pertumbuhan yang terjadi, maka para manajer dan pimpinan perusahaan harus secara sadar dan sengaja mengubah gaya komunikasi mereka. Hal ini biasanya tidak secara alamiah begitu saja. Pertambahan jumlah anggota organisasi baru (terutama di tingkat manajerial) yang biasanya memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan skala usaha, jelas menuntut penyesuaian yang mendasar dari para manajer yang sudah ada pada saat skala usaha masih jauh lebih kecil. Trust merupakan isu besar dalam hal ini.
Salah satu kiat penting yang dapat menjembatani masalah trust di atas adalah pada saat perusahaan sudah mulai menunjukkan gejala ada potensi untuk bertumbuh dengan cepat, pimpinan organisasi perusahaan segera mengalokasikan waktu dengan serius untuk merumuskan budaya dan media berkomunikasi dalam organisasi agar terkristal secara sadar.
Tanpa komunikasi yang baik dan lancar, maka gegap gempita pertumbuhan organisasi, apalagi pada perusahaan publik, hanya akan menimbulkan lebih banyak salah pengertian, sehingga pada gilirannya akan menghasilkan kemandekan laju pertumbuhan. Manajer yang bijak, terutama pada perusahaan publik, pertama-tama harus mampu membangun alam komunikasi dalam organisasi yang sehat, sebelum mampu berkomuikasi dengan para stakeholders eksternal mereka secara efektif.
Kiat kali ini: Jangan ragu mengatakan sekali lagi, berkali-kali! Sehingga semua pesan-pesan penting dalam organisasi dapat mengalir menuju tujuannya dengan efektif. Katakan sekali lagi, berkali-kali!

Bisnis Indonesia,
26 April 2011
Strategi mendorong pertumbuhan perusahaan publik
Oleh: Alberto D. Hanani, managing Partner BEDA & Company

SALAH UNTUK MENANG


Sering sekali hal-hal yang tidak enak terjadi di luar kesengajaan kita. Dalam dunia ‘real time’ dan media sosial yang ‘tell all’ begini, apapun yang dinilai tidak pantas segera menjadi bahan diskusi, sindiran dan sosok bulan-bulanan. Komentar negatif yang dilontarkan terhadap sebuah restoran tiba-tiba membuat orang lain terdorong timpal-menimpali kejelekan restoran tersebut. Foto ‘nakal’ dari masa lalu yang tersebar luas, bisa membuat individu diberi label negatif untuk masa yang panjang. Atasan yang salah bicara dalam rapat bisa membuat seseorang yang tadinya dikagumi menjadi disudutkan. Pejabat yang tiba-tiba ‘tertangkap’ oleh kamera melakukan perbuatan yang tidak patut, mau tidak mau harus siap “mempertanggung jawabkan” keteledorannya. Kita sangat sadar bahwa nasib kita tidak selalu di atas angin. Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak, sekejap mata bisa merusak reputasi dan langsung akan berdampak pada daya jual, respek dan penerimaan orang. Apalagi, kita juga sadar bahwa kepemimpinan dan hubungan bisnis sangat bergantung pada hubungan baik secara interpersonal.
Seorang direktur di perusahaan multi nasional tadinya berkeyakinan untuk mengabdikan diri sampai akhir masa kerjanya di perusahaan ini. Tiba-tiba dengan anjloknya angka penjualan yang sebelumnya sudah diprediksi dan dibicarakan di rapat, yang bersangkutan di ‘singkir’kan tanpa alasan yang jelas. Teman saya sering berkomentar: “Things happen”, dan kita memang harus siap untuk menghadapinya. Namun, dalam kepemimpinan dan juga dalam bisnis, kejatuhan atau kegagalan sering sekali ‘tidak tertahankan’. Banyak orang yang benar-benar merasa terpuruk, malu dan sulit untuk bangkit . Teman saya yang disingkirkan itu mengatakan: “lebih baik saya keluar dari perusahaan ini daripada harus terpukul gengsi”. Bobot hubungan interpersonal dalam kepemimpinan dan bisnis sangat besar. Ini sebabnya banyak pemimpin yang sangat sadar bahwa ia betul-betul harus berhati-hati dalam bertindak. Apakah selalu berarti “sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”. Tetapi bukankah sangat manusiawi bila orang sesekali berbuat salah? . Bukankah justeru hubungan akan diwarnai rasa percaya bila kita pernah melewati masa masa sulit dan menyaksikan bagaimana seorang atasan, pimpinan atau perusahaan justeru bertahan dan bahkan bangkit dari keterpurukan? Dalam dunia ‘realtime’ dan media sosial yang ‘tell-all’ begini, justeru kita perlu memperhitungkan, bahwa kita tidak bisa bersembunyi dari kesalahan, kegagalan, dan ketidak beranian mengambil resiko. Semakin kita bekerja secara otentik dan transparan, semakin kita mudah meramal kesalahan dan kegagalan dan semakin siap kita terhadap pandangan orang terhadap kesalahan kita.
Jangan sembunyi
Perusahaan pizza yang terkenal dan tumbuh sangat pesat tiba-tiba mendapat komentar yang bertubi-tubi di media sosial. Dikatakan bahwa pizzanya keras, dan tidak ‘fresh’ lagi. Delivery yang tadinya dijamin 30 menit pasti sampai, sekarang ternyata tanpa malu-malu terlambat sejam lebih. Ada pelanggan yang mengatakan “Perusahaan pizza ini pasti ambruk”. Kenyataan ini sangat diakui oleh perusahaan tersebut bila mereka tidak melakukan sesuatu. Yang kemudian dilakukan adalah, membongkar kembali resep-resep lama, bereksperimen dengan menu dan kombinasi baru. Hal yang paling mengejutkan adalah dalam iklannya, perusahaan ini meng’iya’kan bahwa servis dan produknya pernah gagal, tetapi mereka sekarang sudah melakukan perbaikan dan mempersilahkan para pelanggan mencobanya. Para pelanggan yang menyaksikan iklan, memberi komentar positif dan menyatakan respek terhadap policy perusahaan yang jelas dan segar ini. Hal yang paling penting lagi adalah para pelanggan lama mulai lagi mencoba pizzanya dengan rasa baru. Keterpurukan perusahaan ini justeru merupakan genjotan baru bagi perusahaan ini untuk bangkit.
Apa senjatanya. Dengan sikap ‘gentleman’ perusahaan ini mengakui kesalahannya, dan memperlihatkan bagaimana ia pemperbaiki kesalahan tersebut. “Failure point’ ini malah dibalik sehingga penjualan berlipat ganda. Tidak heran juga bila kita tidak berkometar negatif lagi tentang pejabat yang mengaku salah dan segera mengundurkan diri. Mungkin nama baik sudah tercoreng, tetapi paling tidak untuk ke depannya, ia masih berkesempatan memperbaiki diri, bermodalkan tanggung jawab dan sikap ‘fair’nya itu.
Berstrategi dalam menangani kesalahan
Teman yang juga sedang mengalami keterpurukan pernah berkomentar bahwa mengalami, menghadapi bahkan mengakui kesalahan baru terasa adalah sebuah tugas yang berat tetapi memang termasuk dalam upah kita sebagai pemimpin. Daripada mengerahkan energi untuk menghindari kesalahan, kita lebih baik membangun organisasi yang tahan kesalahan. CEO baru perusahaan mobil Ford, Alan Mulally, pada rapat pertamanya dengan para eksekutif, menanyakan, pendapat para eksekutif untuk memberi warna tentang keadaan perusahaan. Hijau untuk situasi mulus, kuning waspada, dan merah untuk keadaan bahaya. Semua orang mengangkat kartu hijau. Pak CEO kemudian meminta mereka berfikir dalam-dalam lagi dan kemudian kembali dengan penilaian baru. Orang pertama yang mengacungkan warna merah kemudian di aplaus oleh CEO nya sendiri, dan kemudian situasi yang digambarkan itu dibahas oleh seluruh tim. Saatnya kita membuka mata, “Create a new culture that could admit when something was going wrong, and do so early enough so that the organization could still have an impact on the outcome.” Dengan demikian tim terbiasa bersikap waspada dan terbiasa melihat kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
Banyak orang mencampuradukkan kesalahan dengan tidak berprestasinya individu atau perusahaan. Padahal kedua hal ini jelas berbeda. Kesalahan memang harus diantisipasi, boleh saja di‘punish’, tetapi kita perlu berlatih untuk tidak menyerang individu dan memandangnya sebagai ruang untuk menemukan jalan keluar, menjadi lebih kuat dan memberi momentum “naik kelas”.

Kompas Klasika,
Sabtu, 16 April 2011
Eileen Rachman & Sylvina Savitri